JAKARTA, CerminDemokrasi.com – Ketua Umum Rembuk Nasional Aktifis 98 (RNA 98), Sayed Junaidi Rizaldi (SJR) me-warning rakyat Indonesia bahwa kemenangan Bongbong Marcos Jr bisa berdampak bagi peta politik di Indonesia.
Seperti yang kita ketahui 36 tahun lalu, keluarga diktator Ferdinand Marcos Sr digulingkan dari kekuasaan dan diusir dari Filipina. Tapi kini, Ferdinand Marcos Jr segera membawa keluarga yang dituduh memiliki keserakahan dan kebrutalan yang spektakuler itu, kembali ke Malacañang, istana kepresidenan Filipina.
Marcos Jr yang akrab dipanggil Bongbong berhasil unggul dalam Pemilu Presiden (Pilpres) Filipina.
Dengan lebih dari 95% suara dihitung, Marcos Jr memiliki sekitar 30 juta suara, lebih dari dua kali lipat saingan terdekatnya, Wakil Presiden Leni Robredo, yang memiliki sekitar 14 juta suara, menurut penghitungan parsial dan tidak resmi dari Komisi Pemilihan Umum (Comelec), seperti dikutip dari laman CNN, Rabu (11/5/2022).
Tim pemenangan Bongbong memanfaatkan betul media sosial seperti tiktok, instagram, youtube dalam mensosialisasikan program kerja, kesederhanaan, pemimpin yang merakyat dengan sasaran pemilih millenial yang tidak tau sejarah kebrutalan ayah bongbong serta koruptor yang luar biasa menghisap rakyat Philipina, dan memilih Sara Duterte juga cara cerdik untuk meminimalisir lawan berat dari pendukung Duterte Presiden sebelumnya. Kembali ke Indonesia.
“Saya tegaskan kita tidak boleh lagi kembali ke orde baru, dipimpin oleh antek orde baru, ingatlah sejarah kelam saat itu mengeruk kekayaan bangsa ini untuk dirinya dan keluarganya, berbeda pendapat dibungkam dengan cara di hilangkan dan diculik, seperti sampai hari ini keberadaan aktifis yang di culik saat memperjuangkan reformasi 98 tak tau rimbanya, bahkan dibunuh seperti yang terjadi pada saat tragedi Trisakti dan Tragedi Semanggi 1998,” ujar lulusan pasca sarjana UI ini melalui keterangan tertulis, Jum’at (14/5).
“Orde Baru itu bahaya laten, saat sekarang pola gerak mereka berubah, karena orde baru ingin kembali berkuasa, mereka adu domba rakyat dengan pemerintah, caranya apapun yang pemerintah lakukan selalu salah, lalu sikit – sikit isyu kriminaslisasi Ulama, setiap hari mereka melakukan kebohongan – kebohongan atau hoaks biar masyarakat terprovokasi,” tegas Pakcik demikian panggilannya.
Selanjutnya, Pakcik mengatakan, selama ini orde baru mencincang – cincang cara berpikir kita, tapi Alhamdullilah masih banyak masyarakat berpikirnya jernih. “Ayo kita tolak orde baru, serta anasirnya untuk kembali bangkit dan memimpin Indonesia,” pungkasnya.
(RJT)