KOTA BEKASI, CerminDemokrasi.com – Sepak terjang Sholihin atau akrab disapa Gushol bisa dibilang fenomenal dalam kancah perpolitikan Kota Bekasi. Meniti karir politik dari Ketua Ranting PPP atau setara pengurus kelurahan, pria asal Madura tersebut dengan cepat melesat ke pusaran inti politik Kota Bekasi.
Bersama Heri Koswara, ia maju menjadi kontestan Pilkada Kota Bekasi 2024 menjadi Calon Wakil Wali Kota Bekasi.
Bukan hal mudah tentu bagi Gushol untuk bisa sampai di ajang Pilkada Kota Bekasi. Secara kalkulasi politik, ia tak cukup banyak modal. Mulai dari partai yang dipimpinya PPP Kota Bekasi hanya punya dua kursi di DPRD Kota Bekasi hingga elektabilitas yang tidak sementereng calon lainnya.
Sehingga di awal Pilkada, sebelum pendaftaran di KPU Kota Bekasi, Gushol tidak banyak dilirik. baik oleh sesama politisi atau partai politik.
Hal ini pula yang terjadi pada Pilkada Kota Bekasi 2018. Saat itu salah satu kandidat terkuat Pilkada Kota Bekasi, Rahmat Effendi melemparkan jokes agar Gushol melatih kemampuan bicaranya jika ingin jadi Wali Kota Bekasi. Wajar saja, meski sudah lama di Kota Bekasi, dialek Madura masih amat melekat saat ia berbicara.
Belakangan, Rahmat Effendi lebih memilih Tri Adhianto yang saat itu masih berstatus birokrat untuk menjadi pendampingnya. Sementara Gushol, pada saat itu didaulat menjadi Ketua Tim Pemenangan Pasangan Rahmat Effendi-Tri Adhiato.
Kembali ke Pilkada Kota Bekasi 2024, meski tidak banyak dilirik, pada akhirya Gushol kini resmi menjadi salah satu kontestan Pilkada. Dan pada 27 November 2024 mendatang fotonya akan muncul di surat suara Pilkada Kota Bekasi 2024.
Kini ia justru menjelma menjadi “kunci emas” dalam Pilkada Kota Bekasi 2024 atau menjadi faktor penentu kemenangan. Sebab ada dalam diri Gushol yang tidak dimiliki kandidat lain yaitu kekuatan finansial.
Suka tidak suka, Pilkada yang menuntut biaya besar membutuhkan pula dana atau uang yang besar untuk keperluan menggerakan mesin politik, kampanye dan kebutuhan lain terkait pemenangan.
Tanpa logistik kuat seorang kandidat bak mobil tanpa bensin, ia akan mogok atau diam di tempat.
Daya dukung logistik inilah yang kemudian membuat pergerakan politik Heri Koswara dan Sholihin begitu masif selama proses Pilkada Kota Bekasi 2024 berlangsung, mengalahkan para pesaingnya Tri Adhianto-Harris Bobihoe dan Uu Saeful Mikdar-Nurul Sumarheni.
Bahkan pasangan ini nyaris tak terbendung dengan banyaknya dukungan yang mengalir deras dari berbagai macam lini dan basis masyarakat Kota Bekasi hingga kini tidak kunjung berhenti.
Imbasnya mulai banyak serangan mengarah kepada Gushol. Tidak tanggung-tanggung, serangan yang mengarah kepadanya bersifat pribadi. Ia dituduh oleh perempuan berinisial IL, yang merupakan mantan rekan satu partainya di PPP dengan tuduhan perbuatan asusila.
Terlepas benar tidaknya tuduhan itu, yang jelas patut diduga ada muatan politik di balik mencuatnya gosip miring terhadap Gushol ini.
Apalagi, sebelum IL melempar tuduhan terhadap Gushol, yang bersangkutan telah menyatakan keluar dari partai yang di pimpin oleh Gushol dan mendeklarasikan dukungan terhadap kandidat lain yakni pasangan Tri Adhianto-Harris Bobihoe.
Selain dicurigai mengandung muatan politik, serangan terhadap Gushol menjelang Pilkada Kota Bekasi 27 November 2024 amat bisa dipahami sebagai upaya menggerus elektabilitas Heri Koswara-Sholihin.
Isu negatif dilempar dengan harapan bisa mempengaruhi masyarakat Kota Bekasi agar tidak memberikan pilihan terhadap pasangan tersebut. Cara seperti ini dilakukan karena dianggap efektif menggerus elektabilitas walaupun sangat kotor dan keji.
Meskipun di lalin sisi, masyarakat tidak mudah dipengaruhi atau dijejali dengan isu murahan tersebut. Masyarakat hari ini sudah cerdas dan amat bisa membedakan, sesuatu yang memang alami atau yang didesain.
Sehingga, upaya menjatuhkan citra Gushol dan menggerus elektabilitas Heri Koswara-Sholihin menjadi upaya yang sia-sia.
Justru masyarakat Kota Bekasi akan menilai, siapapun di balik serangan terhadap Gushol menunjukan mereka adalah pihak-pihak yang haus kekuasaan, sebab mereka rela melakukan apa saja, dengan semua daya dan upaya dikerahkan untuk menjegal Heri Koswara-Sholihin menang di Pilkada Kota Bekasi 2024.
(Tim Kuasa Hukum Paslon Heri Koswara – Sholihin, Tunjukan Bukti Laporan Bareskrim Polri)
Sebelumnya, Ketua Tim Bidang Hukum Paslon 01, Iqbal Daut Hutapea meluruskan bahwa kejadian pelecehan seksual yang dilaporkan IL adalah skenario busuk untuk menjatuhkan nama paslon nomor 01.
“Skenario kotor busuk dan keji yang dilakukan oleh wanita berinisial IL tersebut sangat kental bermuatan politis telah menyerang Wibawa, Nama baik dan kehormatan salah seorang calon Wakil Walikota Bekasi Heri Koswara-Sholihin,” kata Iqbal, Kamis (21/11/2024).
Iqbal menyatakan, perbuatan yang dilakukan IL itu merupakan kampanye hitam, yakni tindakan yang sengaja menyebarkan opini negatif untuk membuat kegaduhan dalam momen menjelang Pilkada Kota Bekasi 2024.
“Hal apa yang dilakukan oleh Wanita berinisial IL tersebut, adalah tindakan yang berkaitan dengan pembunuhan karakter, menyerang kehormatan nama baik dan dapat dikualifikasikan sebagai Perbuatan black Campaign / Kampanye Hitam, yang bertujuan menciptakan opini negatif serta membuat gaduh dalam proses kontestasi Pilkada Kota Bekasi,” jelas Iqbal.
“Sejauh ini, pihak Tim Kuasa Hukum Paslon 01 telah melaporkan IL ke Bareskrim Polri atas dugaan pencemaran baik dan Pengancaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 369 ayat 1 KUHPidana Jo Pasal 368 ayat 1 KUHPidana,” pungkas Iqbal.
(Red)